Sabtu, 08 Juni 2013

DEFINISI FILSAFAT ILMU, OBJEK KAJIAN, DAN LATAR BELAKANG KELAHIRANNYA



Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. H. Fatkhul Mufid, M.S.I.




Disusun Oleh :

Akhmad Syaifuddin : 311020

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
JURUSAN USHULUDDIN




DEFINISI FILSAFAT ILMU, OBJEK KAJIAN, DAN LATAR BELAKANG KELAHIRANNYA


       I.            PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris () menjadi logosentris (). Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu  menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah)[1]. Dalam  pokok bahasan ini akan diuraikan pengertian filsafat ilmu, obyek kajian serta latar belakang lahirnya yang menjadi cakupannya.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang melatar belakangi filsafat ilmu dan bagaimana definisi filsafat ilmu itu?
B.     Apa sajakah objek objek kajiannya?


 III.            PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Lahirnya Filsafat Ilmu
Filsafat pengetahuan (Theori of Knowledge Erkennistlehre, Kennesleer atau Epistimologi) sekitar abad ke-18. Pengetahuan berbeda dengan ilmu terutama dalam pemakiannya. Ilmu lebih menitik beratkan pada aspek teoritisasi dari sejumlah pengetahuan yang di peroleh dan dimiliki manusia, sedangkan pengetahuan tidak mensyaratkan teorisasi dan pengujian. Meskipun begitu pengetahuan adalah sejumlah informasi yang menjadi landasan awal bagi lahirnya Ilmu. Tanpa didahului oleh pengetahuan, ilmu tidak akan ada dan tidak mungkin lahir[2]. Pada saat itu, Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara lengkap. Adanya kekaburan  mengenai batas-batas antara ilmu yang satu dengan yang lain[3], sebab mengapa dia mengatakan hal tersebut. Saat itulah, filsafat ilmu mulai menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan.
Melalui cabang filsafat ini, diterangkan sumber serta sarana serta tata cara untuk menggunakan sarana itu guna mencapai pengetahuan ilmiah[4]. Dikupas pula mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah, serta batas-batas validitasnya. Karena pengetahuan ilmiah atau ilmu a higher level of knowledge (tinggat pengetahuan yang lebih tinggi) maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Jadi, secara praktis, filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang menempatkan objek sasarannya yakni; ilmu (pengetahuan).


B.     Definisi Filsafat Ilmu
   Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan), hikmah atau pengetahuan yang mendalam[5]. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu ( ilm ) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme - positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisik. Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat ilmu adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”.
Filsafat ilmu secara umum dapat difahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan kharakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.
Tentang filsafat ilmu itu sendiri merupakan satu cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang ilmu, dan sebagai berikut kami paparkan beberapa definisi dari Filsafat Ilmu Menurut para ahli:
1.    Robert Ackerman
Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual[6].
2.      Lewis White Beck
Filsafat ilmu adalah ilmu yang membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.      Michael V. Berry
Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
4.      May Brodbeck
Filsafat Ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
C.    Objek Kajian Filsafat Ilmu  
  Objek kajian adalah sasaran yang menjadi fokus bahasan dalam sebuah kajian. Filsafat Ilmu terbagi menjadi dua bagian, yaitu objek material dan objek formal[7]:                                                                                                                                                                                                                                                    
1.   Objek Material Ilmu
Objek Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu[8]. Dalam filsafat ilmu, objek material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum[9].
Objek ini merupakan hal yang diselidiki (sasaran penyelidikan), dipandang, disorot atau dipermasalahkan oleh suatu disiplin ilmu. Objek ini mencakup hal-hal yang bersifat konkret (seperti makhluk hidup, benda mati) maupun abstrak (seperti nilai-nilai, keyakinan).
ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan, selain itu, objek material ini bersifat Jelas, tidak banyak mengalami ketimpangan[10].
Dengan kata lain, objek material ini merupakan suatu kajian penelaahan atau pembentukan pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik bersifat konkret maupun abstrak (tidak tampak)[11].
Menurut Drs. H. A. Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
a)      Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
b)      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya[12].
2.   Objek Formal
Sedangkan Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot[13]. Seperti fisika, kedokteran, agama, sastra, seni, sejarah, dan sebagainya. Sudut pembahasan inilah yang dikenal sebagai objek formal. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem ilmu pengetahuan, seperti: apa hakikat ilmu, apa fungsi ilmu pengetahuan, dan bagaimana memperoleh kebenaran ilmiah. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis[14].
Dengan kata lain, objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang terhadap objek material (termasuk prinsip-prinsip yang digunakan)[15]. Sehingga tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, namun juga membedakannya dari bidang-bidang lain. Objek formal ini bersifat menyeluruh (umum) sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.
Obyek material suatu ilmu dapat saja sama, indentik. Tetapi obyek formal ilmu tidak sama. Sebab subyek formal ialah sudut pandang, tujuan penyelidikan. Sebagai contohnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Dengan demikian pada dasarnya, untuk mengenal esensi suatu ilmu, bukanlah pada obyek materialnya, melainkan pada obyek formalnya[16].

 IV.            KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : Filsafat pengetahuan (Theori of Knowledge Erkennistlehre, Kennesleer atau Epistimologi) lahir sekitar abad ke-18. Pada saat itu, Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara lengkap. Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan terdiri dari kata Philo yang berarti kesukaan atau kecintaan terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu ( ilm ) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains).
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan (komponen) pembentuk pengetahuan. Dan objek dalam suatu ilmu pengetahuan itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
1.      Objek Material Ilmu
Objek Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Dalam filsafat ilmu, objek material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
3.   Objek Formal
Sedangkan Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Seperti fisika, kedokteran, agama, sastra, seni, sejarah, dan sebagainya. Sudut pembahasan inilah yang dikenal sebagai objek formal.

DAFTAR PUSTAKA

Adib Mohammad, 2011. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mufit Fathul, 2008, Filsafat Ilmu Islam, Kudus, STAIN.
Mustansyir Rizal & Misnal Munir, 2003, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Surajiyo, 2009, Ilmu Filsafat (Suatu pengantar). Jakarta : Bumi Aksara.
Susanto, 2011, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis). Jakarta : Bumi Aksara.
Suriasumantri Jujun S, 2003 Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Ulya, 2009, Filsafat Ilmu Pengatuhuan, Kudus, STAIN.
. http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu, 20.00 wib.




[1] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 2003, hlm 33.
                  [2] Fathul Mufid, Filsafat Ilmu Islam, STAIN, Kudus, 2008, hlm 3.
                  [3] Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta 2003 hlm 10.
                  [4] Ibid, hlm 11.
                      [5] Fathul Mufit, Filsafat Ilmu Islam, STAIN, Kudus, 2008, hlm 2.
[6] Ulya, Filsafat Ilmu Pengatuhuan, STAIN, Kudus, 2009, hlm. 5.
[7] Ibit, hlm, 6
[8] Surajiyo, Ilmu Filsafat (Suatu pengantar), Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm, 5.
[9] Rizal Mustansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm 44.
[10] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm 54.
[11] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm 11.
[12] http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu, 20.00 wib.
[13] Surajiyo, Ilmu Filsafat (Suatu pengantar), Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm 7.
[14] Rizal Mustansyir, & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm 45.
[15] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm 79.
[16] http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu, 20.00 wib.

2 komentar: