Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. H. Fatkhul Mufid, M.S.I.
Disusun Oleh :
Akhmad Syaifuddin : 311020
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
JURUSAN USHULUDDIN
DEFINISI
FILSAFAT ILMU, OBJEK KAJIAN, DAN LATAR BELAKANG KELAHIRANNYA
I.
PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu pada dasarnya
adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis,
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah
pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris ()
menjadi logosentris (). Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang
cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya.
Filsafat sebagai induk dari segala
ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu
ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian
dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah)[1].
Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan
pengertian filsafat ilmu, obyek kajian serta latar belakang lahirnya yang
menjadi cakupannya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang melatar belakangi filsafat ilmu dan bagaimana definisi filsafat ilmu itu?
B. Apa sajakah objek – objek kajiannya?
III.
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Ilmu
Filsafat
pengetahuan (Theori of Knowledge Erkennistlehre, Kennesleer atau
Epistimologi) sekitar abad ke-18. Pengetahuan berbeda dengan ilmu terutama
dalam pemakiannya. Ilmu lebih menitik beratkan pada aspek teoritisasi dari
sejumlah pengetahuan yang di peroleh dan dimiliki manusia, sedangkan
pengetahuan tidak mensyaratkan teorisasi dan pengujian. Meskipun begitu
pengetahuan adalah sejumlah informasi yang menjadi landasan awal bagi lahirnya
Ilmu. Tanpa didahului oleh pengetahuan, ilmu tidak akan ada dan tidak mungkin
lahir[2]. Pada
saat itu, Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang
mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
lengkap. Adanya kekaburan mengenai
batas-batas antara ilmu yang satu dengan yang lain[3], sebab
mengapa dia mengatakan hal tersebut. Saat itulah, filsafat ilmu mulai menjadi
topik yang menarik untuk diperbincangkan.
Melalui
cabang filsafat ini, diterangkan
sumber serta sarana serta tata cara untuk
menggunakan sarana itu guna mencapai pengetahuan ilmiah[4].
Dikupas pula mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut
kebenaran ilmiah, serta batas-batas validitasnya. Karena pengetahuan ilmiah
atau ilmu a higher level of knowledge (tinggat pengetahuan yang lebih tinggi) maka
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Jadi, secara
praktis, filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang menempatkan objek
sasarannya yakni; ilmu (pengetahuan).
B.
Definisi Filsafat Ilmu
Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia,
dan terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kecintaan
terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Secara harafiah, filsafat diartikan sebagai suatu kecintaan terhadap
kebijaksanaan (kecenderungan untuk menyenangi kebijaksanaan), hikmah
atau pengetahuan yang mendalam[5]. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu ( ilm )
berasal dari kata alima yang artinya mengetahui.
Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang
berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang
berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang
empirisme - positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti
matematika dan metafisik. Berbicara mengenai ilmu (sains)
maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat ilmu adalah menunjukkan
bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”.
Filsafat ilmu secara umum dapat difahami dari dua sisi,
yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan. Sebagai sebuah disiplin
ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek
khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan kharakteristik tertentu
hampir sama dengan filsafat pada umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai
landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari
proses keilmuan itu sendiri.
Tentang filsafat ilmu
itu sendiri merupakan satu cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang
ilmu, dan sebagai berikut kami paparkan beberapa definisi dari Filsafat Ilmu
Menurut para ahli:
1.
Robert
Ackerman
Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual[6].
2.
Lewis White Beck
Filsafat ilmu adalah ilmu yang membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.
Michael V. Berry
Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika
interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan
teori, yakni tentang metode ilmiah.
4.
May Brodbeck
Filsafat Ilmu adalah analisis yang netral
secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan –
landasan ilmu.
C.
Objek Kajian Filsafat Ilmu
Objek kajian adalah sasaran yang menjadi
fokus bahasan dalam sebuah kajian. Filsafat Ilmu terbagi menjadi dua bagian,
yaitu objek material dan objek formal[7]:
1.
Objek Material Ilmu
Objek
Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu[8]. Dalam filsafat ilmu, objek material adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara umum[9].
Objek
ini merupakan hal yang diselidiki (sasaran penyelidikan), dipandang, disorot
atau dipermasalahkan oleh suatu disiplin ilmu. Objek ini mencakup hal-hal yang
bersifat konkret (seperti makhluk hidup, benda mati) maupun abstrak (seperti
nilai-nilai, keyakinan).
ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan
yang ada dalam kemungkinan, selain itu, objek material ini bersifat Jelas,
tidak banyak mengalami ketimpangan[10].
Dengan
kata lain, objek material ini merupakan suatu kajian penelaahan atau
pembentukan pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan yang mungkin
ada, baik bersifat konkret maupun abstrak (tidak tampak)[11].
Menurut Drs. H. A. Dardiri bahwa
objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di
bagi dua, yaitu :
a) Ada yang bersifat umum (ontologi),
yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
b) Ada yang bersifat khusus yang
terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri
dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
Contoh :
Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan
yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di
antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya[12].
2.
Objek Formal
Sedangkan
Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu
disorot[13]. Seperti fisika, kedokteran, agama, sastra,
seni, sejarah, dan sebagainya. Sudut pembahasan inilah yang dikenal sebagai
objek formal. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem ilmu pengetahuan, seperti: apa hakikat ilmu, apa fungsi ilmu
pengetahuan, dan bagaimana memperoleh kebenaran ilmiah. Problem inilah yang di bicarakan
dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis
dan aksiologis[14].
Dengan
kata lain, objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang terhadap
objek material (termasuk prinsip-prinsip yang digunakan)[15]. Sehingga
tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, namun juga membedakannya dari
bidang-bidang lain. Objek formal ini bersifat menyeluruh (umum) sehingga dapat
mencapai hakikat dari objek materialnya.
Obyek
material suatu ilmu dapat saja sama, indentik. Tetapi obyek formal ilmu tidak
sama. Sebab subyek formal ialah sudut pandang, tujuan penyelidikan. Sebagai
contohnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Dengan demikian pada dasarnya,
untuk mengenal esensi suatu ilmu, bukanlah pada obyek materialnya, melainkan
pada obyek formalnya[16].
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : Filsafat pengetahuan (Theori of Knowledge
Erkennistlehre, Kennesleer atau Epistimologi) lahir sekitar abad ke-18.
Pada saat itu, Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu
yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
lengkap. Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia, dan
terdiri dari kata Philo yang berarti kesukaan atau kecintaan
terhadap sesuatu, dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu ( ilm )
berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi
ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang
berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang
berbeda dengan science (sains).
Objek
adalah sesuatu yang merupakan bahan (komponen) pembentuk pengetahuan. Dan objek
dalam suatu ilmu pengetahuan itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material
dan objek formal.
1.
Objek Material Ilmu
Objek
Material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Dalam filsafat ilmu,
objek material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
3.
Objek Formal
Sedangkan
Objek Formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu
disorot. Seperti fisika, kedokteran, agama, sastra, seni, sejarah, dan
sebagainya. Sudut pembahasan inilah yang dikenal sebagai objek formal.
DAFTAR
PUSTAKA
Adib
Mohammad, 2011. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mufit Fathul, 2008, Filsafat
Ilmu Islam, Kudus, STAIN.
Mustansyir
Rizal & Misnal Munir, 2003, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Surajiyo,
2009, Ilmu Filsafat (Suatu pengantar). Jakarta : Bumi Aksara.
Susanto,
2011, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,
dan Aksiologis). Jakarta : Bumi Aksara.
Suriasumantri Jujun S, 2003 Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Ulya, 2009, Filsafat Ilmu
Pengatuhuan, Kudus, STAIN.
. http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu,
20.00 wib.
[1] Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 2003, hlm 33.
[6]
Ulya, Filsafat
Ilmu Pengatuhuan, STAIN, Kudus, 2009, hlm. 5.
[7] Ibit, hlm, 6
[10] Mohammad
Adib, Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm 54.
[11] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian
dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi Aksara,
Jakarta, 2011, hlm 11.
[12]
http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu,
20.00 wib.
[15] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian
dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis), Bumi Aksara,
Jakarta, 2011, hlm 79.
[16]
http://septian.blog.fisip.uns.ac.id/2013/02/21/objek-material-dan-formal-filsafat-ilmu,
20.00 wib.
izin copy ya mas
BalasHapusmohon dikirimi file tugasUAS filsafat ilmu lengkap.jazakallu khoira
BalasHapus