Senin, 20 Mei 2013

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM IBADAH



BACA TULIS DAN
MENGHAFAL AL-QURAN

Disusun Oleh :
Akhmad Syaifuddin
311 020
 
  
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
JURUSAN USHULUDDIN 


PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM IBADAH

Laporan akhir praktikum ibadah ini benar-benar disusun oleh peserta praktikum ibadah sebagaimana namanya yang tercamtum di bawah ini, dan telah dievaluasi serta dinyatakan memenuhu persyaratan. Disusun oleh :

Nama                           : Akhmad Syaifuddin
NIM                            : 311020
Prodi Studi                  : Tafsir Hadist (TH)
Jurusan                        : Ushuluddin

Dengan demikian, laporan ini dapat disyahkan dan diterima sebagai salah satu syarat memenuhi kelulusan pelaksanaan praktikum ibadah mahasiswa STAIN Kudus.




Kudus, 1 Desember 2012.
Dosen Pembimbing,                                                    Praktikum,


(M. Nurruddin, M. Ag)                                               (Akhmad Syaifuddin)
NIP :                                                                           NIM : 311020






KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah wa syukrulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih mendapat ketetapan iman dan islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke pangkuan Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, para sahabat dan para tabi’in, semoga kita mendapatkan pertolongan (syafa’at al-‘udzma) dari beliau di hari kiamat nanti.
Dalam penyelesaian laporan ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendukung suksesnya praktikum dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang berganda khususnya kepada Dosen Pembimbing.
Sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan laporan tentang praktikum ibadah yang berjudul “Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an“ ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pelaksanaan praktikum ibadah mahasiswa STAIN Kudus.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Kudus, 1 Desember 2012
Penulis,


Akhmad Syaifuddin
311020




DAFTAR ISI


BAB I                        
A.    Halaman Judul…………………………………………………. i
B.     Halaman Pengesahan………………………………………….. ii
C.     Kata Pengantar………………………………………………… iii
D.    Daftar isi ………………………………………………………. iv

BAB II
A.    Pengertian Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an…………….. 1
B.     Dalil-dalil (Al-Qur’an dan Hadist)……………………………. 2
C.     Pendapat para ulama………….……………………………….. 4
D.    Analisis……………………….…………………………………7


BAB III         
A.    Desain Pelaksanaan Ibadah….……………..…………………. 8

BAB IV         
A.    Penutup…………………….………………………………….. 9
B.     Kesimpulan……………….…………………………………… 9
C.     Saran…………………….……………………………………. 10

BAB II

A.      Pengertian Baca Tulis dan Menghafal  Al-Qur’an
1.    Pengertian
Pengertian Al-Qur’an Secara Bahasa (Etimologi). Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Yaitu NAbi Muhammad SAW.
Al-Quran ialah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya.
Kebenaran Al-Quran dan keterpeliharaannya sampai saat ini justru semakin terbukti. Al-Quran telah memberikan penegasan terhadap kebenaran dan keterpeliharaannya.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)
Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya. Meskipun diyakini bahwa Al-Quran dipelihara Allah SWT, namun hendaknya kita kaum muslim jangan terpaku pada penafsiran secara harfiyah sehingga tidak melakukan usaha apa-apa. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kemurnian Al-Quran adalah dengan menghafalnya, hal ini biasanya disebut dengan tahfidz al-Quran yaitu dengan cara membuka hati orang-orang yang dikehendakinya untuk menghafal Al-Quran sebagai usaha untuk menjadi orang-orang pilihan dan yang diamanati untuk menjaga dan memelihara kemurnian Al-Quran
2.    Metode Menghafal Al-Quran
Ada beberapa metode menghafal Al-Quran yang bisa dipakai oleh para penghafal Al-Quran diantaranya:
a)   Metode (ThariqahWahdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya.
b)   Metode (ThariqahKitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Kelebihan dari metode ini adalah cukup praktis dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya, dan sekaligus melatih santri/penghafal untuk menulis tulisan arab.


c)    Metode (ThariqahSima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan al-Quran untuk dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Quran.
d)   Metode (Thariqah) Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabahdisini lebih memilki fungsional sebaga uji coba terhadap ayat yang sudah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.
e)    Metode (ThariqahJama’i
Yang dmaksud dengan metode ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur/pembimbing.
Pertama: pembimbing membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.
Kedua: setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf, demikian seterusnya sampai ayat-ayat itu benar-benar hafal.
Pada prinsipnya semua metode di atas baik sekali untuk dijadikan pedoman menghafal Al-Quran, baik salah satu di antaranya, atau dipakai semuanya sesuai dengan kebutuhan dan sebagai alternatif dari pada cara menghafal yang terkesan monoton, sehingga degan demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Quran.
3.    Strategi Menghafal Al-Quran
Untuk membantu mempermudah terhadap ayat-ayat yang sudah dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu antara lain adalah sebagai berikut:
1)    Strategi Pengulangan Ganda
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik, tidak cukup dengan sekali proses. Maka dibutuhkan pengulangan-pengulangan terhadap ayat yang sedang dihafalnya. Umpamanya, jika pada waktu pagi hari telah mendapatkan hafalan satu halaman maka untuk mencapai tingkat kemapanan hafalan yang mantap, perlu pada sore harinya diulang kembali menghafalnya satu per satu ayat yang telah dihafalnya di pagi hari. Dan bisa juga diulang ketika shalat sendiri, misalnya pada waktu shalat sunnat.
2)   Tidak Beralih Pada Ayat Berikutnya Sebelum Ayat Yang Sedang Dihafal Benar-Benar Hafal
Pada umumnya kecenderungan seseorang dalam menghafal Al-Quran ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyak-banyaknya. Hal ini menyebabkan proses menghafal itu sendiri menjadi tidak konstan, atau tidak stabil dan justru akan menambah beban terhadap hafalan karena banyaknya hafalan yang belum lancar. Oleh karena itu, hendaknya penghafal tidak beralih kepada ayat lain sebelum dapat menyelesaikan ayat-ayat yang sedang dihafalnya.
3)   Menghafal Urutan-Urutan Ayat Yang Dihafal
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai Al-Quran yang biasa disebut dengan al-Quran pojok akan sangat membantu. Jenis mushaf Al-Quran ini mempunyai ciri-ciri:
a.       Setiap juz terdiri dari sepuluh lembar (20 halaman)
b.      Pada setiap muka/halaman diawali dengan awal ayat, dan diakhiri dengan akhir ayat.
Dengan menggunakan mushaf seperti ini, maka penghafal akan lebih mudah membagi-bagi sejumlah ayat dalam rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya.
4)   Menggunakan Satu Jenis Mushaf
Di antara strategi menghafal yang banyak membantu proses menghafalAl-Quran ialah menggunakan satu jenis mushaf. Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf yang lain akan membingungkan pola hafalan dalam bayangannya.
5)   Memahami (Pengertian) Ayat-Ayat Yang Dihafalnya
Dengan mengerti akan arti/makna dari ayat yang dihafal akan mempermudah dalam proses menghafalnya.
6)   Memperhatikan Ayat-Ayat Yang Serupa
Banyak sekali ayat yang serupa/mirip di dalam Al-Quran, sehingga penghafal harus jeli dan teliti terhadap ayat yang dihafal. Di dalam juz satu misalnya ada ayat yang persis dengan ayat juz 28. Sehingga kalau para penghafal tidak jeli, maka bisa jadi ketika membaca juz satu malah loncat ke juz 28.
7)   Disetorkan Pada Seorang Pembina/Musyrif
Materi yang sudah dihafal hendaknya diperdengarkan (disimak) kepada orang lain, dalam hal ini kepada para ustadz yang ahli, karena itu jangan mempercayai diri sendiri karena kerap kali sering salah.

B.       Dalil-dalil
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ              
Artinya :“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-Alaq; 1).
žw ÿ¼çm¡yJtƒ žwÎ) tbr㍣gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ  
Artinya :“Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.“ (QS. Al-Waqiah; 79).
÷rr& ÷ŠÎ Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ  
Artinya : “Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.“ (QS. Al-Muzammil; 4).
Ÿxsùr& tbr㍭/ytFtƒ tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã ÎŽöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmŠÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZŽÏWŸ2 ÇÑËÈ  
Artinya :“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Quran?. Sekiranya (Al-Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.“ (QS. An-Nisa’; 82).

Di dalam hadist telah disebutkan keutamaan membaca Al-Quran adalah merumakan ibadah paling utama, meskipun tanpa disertai dengan pemahaman arti. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Orang-orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang-orang yang menbaca Al-Quran, tetapi dia tidak mahir membacanya, tertegu-tegun dan Nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan juga disebutkan dalam bersabda Rasulullah SAW : ”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Didalam membaca Al-Quran disunahkan dengan suara yang merdu dan bagus sehingga menambah keindahan Al-Quran. Seperti sabda Rasulullah : “ Hendaklah kalian menghiasi Al-Quran dengan suara kalian yang merdu.” (HR. Ahmad).

C.      Pendapat Para Ulama
Para ulama Qira’at berpendapat bahwa membaca Al-Qur’an tanpa tajwid merupakan suatu kesalahan. Imam Jalaluddin al-Suyuthi  menjelaskan bahwa setidaknya ada dua kesalahan yang mungkin terjadi pada orang yang membaca al-Qur’an tanpa tajwid :
1.      Kesalahan Jali yaitu : kesalahan yang nyata pada lafadz sehingga kesalahan tersebut dapat diketahui oleh para ulama’ dan orang banyak.
2.      Kesalahan khafi yaitu : kesalahan yang tersembunyi  pada lafadz. Hal ini yang tau adalah para ulama’ Qira’at  atau kalangan tertentu yang mendalami ilmu Qira’at.
D.      Analisis
Berdasarkan analisa yang telah penulis paparkan diatas bahwa laporan yang kami tulis tentang praktikum ibadah ini adalah guna untuk mengetahui, membantu atau mempermudah dalam mempelajari baca, tulis dan menghafal al-Quran supaya dalam pembelajaran tidak terjadi kesalahan hal tersebut diatas.
 

BAB III

A.      Desain Pelaksanaan Ibadah
Didalam melaksanakan praktikum baca, tulis dan menghafal al-Quran ini, tempat yang bersih, suasana yang nyaman sangat dibutuhkan agar selama pelaksanaan praktikum bisa kosentrasi pada materi yang dibahas. Ruangan yang ber AC, tempat duduk, meja yang bersih dan tertata rapi sangat dibutuhkan. Alhamdulillah selama pelaksanaan praktikum tidak ada kendala apa pun yang tidak di inginkan.
  

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pengertian Al-Qur’an Secara Bahasa (Etimologi). Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Yaitu NAbi Muhammad SAW.
Al-Quran ialah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya.
Ada beberapa metode menghafal Al-Quran yang bisa dipakai oleh para penghafal Al-Quran diantaranya:
a.       Metode (ThariqahWahdah.
b.      Metode (ThariqahKitabah.
c.       Metode (ThariqahSima’i.
d.      Metode (Thariqah) Gabungan.
e.       Metode (ThariqahJama’i
Pertama: pembimbing membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.
Kedua: setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf, demikian seterusnya sampai ayat-ayat itu benar-benar hafal.
Untuk membantu mempermudah terhadap ayat-ayat yang sudah dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Strategi Pengulangan Ganda.
2.      Tidak Beralih Pada Ayat Berikutnya Sebelum Ayat Yang Sedang Dihafal Benar-Benar Hafal.
3.      Menghafal Urutan-Urutan Ayat Yang Dihafal.
4.      Menggunakan Satu Jenis Mushaf.
5.      Memahami (Pengertian) Ayat-Ayat Yang Dihafalnya.
6.      Memperhatikan Ayat-Ayat Yang Serupa.
7.      Disetorkan Pada Seorang Pembina/Musyrif.

B.       Saran
Demikianlah laporan ini yang kami tulis dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis ketahui. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terhadap laporan praktikum ibadah yang kami buat. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan  ini, sekalipun banyak kekurangan, ada manfaat dan barokahnya bagi kita semua. Amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar