BACA TULIS DAN
MENGHAFAL AL-QURAN
Disusun Oleh :
Akhmad Syaifuddin
311 020
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS
JURUSAN USHULUDDIN
PENGESAHAN
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM IBADAH
Laporan
akhir praktikum ibadah ini benar-benar disusun oleh peserta praktikum ibadah
sebagaimana namanya yang tercamtum di bawah ini, dan telah dievaluasi serta
dinyatakan memenuhu persyaratan. Disusun oleh :
Nama
: Akhmad
Syaifuddin
NIM
: 311020
Prodi
Studi : Tafsir Hadist
(TH)
Jurusan
: Ushuluddin
Dengan
demikian, laporan ini dapat disyahkan dan diterima sebagai salah satu syarat
memenuhi kelulusan pelaksanaan praktikum ibadah mahasiswa STAIN Kudus.
Kudus,
1 Desember 2012.
Dosen Pembimbing, Praktikum,
(M. Nurruddin, M. Ag) (Akhmad
Syaifuddin)
NIP : NIM
: 311020
KATA
PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Alhamdulillah
wa syukrulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini
kita masih mendapat ketetapan iman dan islam. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan ke pangkuan Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, para
sahabat dan para tabi’in, semoga kita mendapatkan pertolongan (syafa’at
al-‘udzma) dari beliau di hari kiamat nanti.
Dalam
penyelesaian laporan ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah mendukung suksesnya praktikum dan tidak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih yang berganda khususnya kepada Dosen Pembimbing.
Sehingga
pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan laporan tentang praktikum
ibadah yang berjudul “Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an“ ini disusun
guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pelaksanaan praktikum ibadah
mahasiswa STAIN Kudus.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Kudus,
1 Desember 2012
Penulis,
Akhmad Syaifuddin
311020
DAFTAR
ISI
BAB I
A. Halaman
Judul…………………………………………………. i
B.
Halaman Pengesahan………………………………………….. ii
C.
Kata Pengantar………………………………………………… iii
D.
Daftar isi ………………………………………………………. iv
BAB II
A.
Pengertian Baca Tulis dan Menghafal
Al-Qur’an…………….. 1
B.
Dalil-dalil (Al-Qur’an dan
Hadist)……………………………. 2
C.
Pendapat para ulama………….……………………………….. 4
D.
Analisis……………………….…………………………………7
BAB III
A.
Desain Pelaksanaan Ibadah….……………..………………….
8
BAB IV
A.
Penutup…………………….………………………………….. 9
B.
Kesimpulan……………….…………………………………… 9
C.
Saran…………………….……………………………………. 10
BAB
II
A. Pengertian
Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian
Pengertian Al-Qur’an Secara Bahasa (Etimologi).
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ)
yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan,
mengoleksi). Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala
yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Yaitu NAbi Muhammad
SAW.
Al-Quran
ialah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para
Nabi dan Rasul Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya terhitung sebagai ibadah dan tidak
akan ditolak kebenarannya.
Kebenaran
Al-Quran dan keterpeliharaannya sampai saat ini justru semakin terbukti.
Al-Quran telah memberikan penegasan terhadap kebenaran dan keterpeliharaannya.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya
: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)
Ayat
Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya. Meskipun
diyakini bahwa Al-Quran dipelihara Allah SWT, namun hendaknya kita kaum muslim
jangan terpaku pada penafsiran secara harfiyah sehingga tidak melakukan usaha
apa-apa. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kemurnian Al-Quran
adalah dengan menghafalnya, hal ini biasanya disebut dengan tahfidz
al-Quran yaitu dengan cara membuka hati orang-orang yang
dikehendakinya untuk menghafal Al-Quran sebagai usaha untuk menjadi orang-orang
pilihan dan yang diamanati untuk menjaga dan memelihara kemurnian Al-Quran
2. Metode Menghafal
Al-Quran
Ada beberapa metode menghafal Al-Quran yang
bisa dipakai oleh para penghafal Al-Quran diantaranya:
a) Metode (Thariqah) Wahdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu
menghafal satu persatu terhadap ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai
hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh
kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.
Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang
dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar
membentuk gerak refleks pada lisannya.
b) Metode (Thariqah) Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini
memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini
penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik
kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya
sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Kelebihan dari metode ini adalah cukup praktis
dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya,
dan sekaligus melatih santri/penghafal untuk menulis tulisan arab.
c) Metode (Thariqah) Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan
metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan al-Quran untuk dihafalkannya.
Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang
belum mengenal tulis baca Al-Quran.
d) Metode (Thariqah)
Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode
pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah.
Hanya saja kitabahdisini lebih memilki fungsional sebaga uji coba
terhadap ayat yang sudah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal
selesai menghafal ayat yang dihafalnya kemudian ia mencoba menuliskannya di
atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula.
e) Metode (Thariqah) Jama’i
Yang dmaksud dengan metode ini ialah cara
menghafal yang dilakukan secara bersama-sama, dipimpin oleh seorang
instruktur/pembimbing.
Pertama: pembimbing membacakan satu ayat atau beberapa
ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya
dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.
Kedua: setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca
dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan
sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf, demikian seterusnya sampai
ayat-ayat itu benar-benar hafal.
Pada prinsipnya semua metode di atas baik
sekali untuk dijadikan pedoman menghafal Al-Quran, baik salah satu di
antaranya, atau dipakai semuanya sesuai dengan kebutuhan dan sebagai alternatif
dari pada cara menghafal yang terkesan monoton, sehingga degan demikian akan
menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Quran.
3.
Strategi Menghafal Al-Quran
Untuk membantu mempermudah terhadap ayat-ayat
yang sudah dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Strategi Pengulangan
Ganda
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik,
tidak cukup dengan sekali proses. Maka dibutuhkan pengulangan-pengulangan
terhadap ayat yang sedang dihafalnya. Umpamanya, jika pada waktu pagi hari
telah mendapatkan hafalan satu halaman maka untuk mencapai tingkat kemapanan
hafalan yang mantap, perlu pada sore harinya diulang kembali menghafalnya satu
per satu ayat yang telah dihafalnya di pagi hari. Dan bisa juga diulang ketika
shalat sendiri, misalnya pada waktu shalat sunnat.
2) Tidak Beralih Pada
Ayat Berikutnya Sebelum Ayat Yang Sedang Dihafal Benar-Benar Hafal
Pada umumnya kecenderungan seseorang dalam
menghafal Al-Quran ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat
sebanyak-banyaknya. Hal ini menyebabkan proses menghafal itu sendiri menjadi
tidak konstan, atau tidak stabil dan justru akan menambah beban terhadap
hafalan karena banyaknya hafalan yang belum lancar. Oleh karena itu, hendaknya
penghafal tidak beralih kepada ayat lain sebelum dapat menyelesaikan ayat-ayat
yang sedang dihafalnya.
3) Menghafal
Urutan-Urutan Ayat Yang Dihafal
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai
Al-Quran yang biasa disebut dengan al-Quran pojok akan sangat membantu. Jenis
mushaf Al-Quran ini mempunyai ciri-ciri:
a. Setiap juz terdiri dari
sepuluh lembar (20 halaman)
b. Pada setiap
muka/halaman diawali dengan awal ayat, dan diakhiri dengan akhir ayat.
Dengan menggunakan mushaf seperti ini, maka
penghafal akan lebih mudah membagi-bagi sejumlah ayat dalam rangka menghafal
rangkaian ayat-ayatnya.
4) Menggunakan Satu Jenis
Mushaf
Di antara strategi menghafal yang banyak
membantu proses menghafalAl-Quran ialah menggunakan satu jenis mushaf. Hal ini
perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf
yang lain akan membingungkan pola hafalan dalam bayangannya.
5) Memahami (Pengertian)
Ayat-Ayat Yang Dihafalnya
Dengan mengerti akan arti/makna dari ayat yang
dihafal akan mempermudah dalam proses menghafalnya.
6) Memperhatikan
Ayat-Ayat Yang Serupa
Banyak sekali ayat yang serupa/mirip di dalam
Al-Quran, sehingga penghafal harus jeli dan teliti terhadap ayat yang dihafal.
Di dalam juz satu misalnya ada ayat yang persis dengan ayat juz 28. Sehingga
kalau para penghafal tidak jeli, maka bisa jadi ketika membaca juz satu malah loncat
ke juz 28.
7) Disetorkan Pada
Seorang Pembina/Musyrif
Materi yang sudah dihafal hendaknya
diperdengarkan (disimak) kepada orang lain, dalam hal ini kepada para ustadz
yang ahli, karena itu jangan mempercayai diri sendiri karena kerap kali sering
salah.
B. Dalil-dalil
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
Artinya :“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-Alaq; 1).
w ÿ¼çm¡yJt wÎ) tbrã£gsÜßJø9$# ÇÐÒÈ
Artinya :“Tidak
ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.“ (QS. Al-Waqiah;
79).
÷rr& ÷Î Ïmøn=tã È@Ïo?uur tb#uäöà)ø9$# ¸xÏ?ös? ÇÍÈ
Artinya : “Atau
lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.“
(QS. Al-Muzammil; 4).
xsùr& tbrã/ytFt tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã Îöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZÏW2 ÇÑËÈ
Artinya :“Maka
tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Quran?. Sekiranya (Al-Quran) itu
bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di
dalamnya.“ (QS. An-Nisa’; 82).
Di dalam hadist
telah disebutkan keutamaan membaca Al-Quran adalah merumakan ibadah paling
utama, meskipun tanpa disertai dengan pemahaman arti. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW : “Orang-orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia
mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam surga bersama-sama dengan
rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang-orang yang menbaca Al-Quran,
tetapi dia tidak mahir membacanya, tertegu-tegun dan Nampak agak berat lidahnya
(belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim).
Dan juga disebutkan dalam bersabda Rasulullah
SAW : ”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Didalam membaca
Al-Quran disunahkan dengan suara yang merdu dan bagus sehingga menambah
keindahan Al-Quran. Seperti sabda Rasulullah : “ Hendaklah kalian
menghiasi Al-Quran dengan suara kalian yang merdu.” (HR. Ahmad).
C. Pendapat
Para Ulama
Para ulama
Qira’at berpendapat bahwa membaca Al-Qur’an tanpa tajwid merupakan suatu
kesalahan. Imam Jalaluddin al-Suyuthi
menjelaskan bahwa setidaknya ada dua kesalahan yang mungkin terjadi pada
orang yang membaca al-Qur’an tanpa tajwid :
1.
Kesalahan Jali
yaitu : kesalahan yang nyata pada lafadz sehingga kesalahan tersebut dapat
diketahui oleh para ulama’ dan orang banyak.
2.
Kesalahan
khafi yaitu : kesalahan yang tersembunyi
pada lafadz. Hal ini yang tau adalah para ulama’ Qira’at atau kalangan tertentu yang mendalami ilmu
Qira’at.
D. Analisis
Berdasarkan analisa yang telah penulis
paparkan diatas bahwa laporan yang kami tulis tentang praktikum ibadah ini adalah
guna untuk mengetahui, membantu atau mempermudah dalam mempelajari baca, tulis
dan menghafal al-Quran supaya dalam pembelajaran tidak terjadi kesalahan hal
tersebut diatas.
BAB
III
A. Desain
Pelaksanaan Ibadah
Didalam melaksanakan praktikum baca,
tulis dan menghafal al-Quran ini, tempat yang bersih, suasana yang nyaman
sangat dibutuhkan agar selama pelaksanaan praktikum bisa kosentrasi pada materi
yang dibahas. Ruangan yang ber AC, tempat duduk, meja yang bersih dan tertata
rapi sangat dibutuhkan. Alhamdulillah selama pelaksanaan praktikum tidak ada
kendala apa pun yang tidak di inginkan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian
Al-Qur’an Secara Bahasa (Etimologi). Merupakan mashdar (kata benda)
dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya
berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).
Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan
kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Yaitu NAbi Muhammad SAW.
Al-Quran ialah kalam Allah yang bernilai
mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul Muhammad SAW
dengan perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir,
membacanya terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak kebenarannya.
Ada beberapa metode menghafal Al-Quran yang
bisa dipakai oleh para penghafal Al-Quran diantaranya:
a. Metode (Thariqah) Wahdah.
b. Metode (Thariqah) Kitabah.
c. Metode (Thariqah) Sima’i.
d. Metode (Thariqah)
Gabungan.
e. Metode (Thariqah) Jama’i
Pertama: pembimbing membacakan
satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian
instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa
mengikutinya.
Kedua: setelah
ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka
mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan
mushaf, demikian seterusnya sampai ayat-ayat itu benar-benar hafal.
Untuk membantu mempermudah terhadap ayat-ayat
yang sudah dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pengulangan
Ganda.
2. Tidak Beralih Pada
Ayat Berikutnya Sebelum Ayat Yang Sedang Dihafal Benar-Benar Hafal.
3. Menghafal
Urutan-Urutan Ayat Yang Dihafal.
4. Menggunakan Satu Jenis
Mushaf.
5. Memahami (Pengertian)
Ayat-Ayat Yang Dihafalnya.
6. Memperhatikan
Ayat-Ayat Yang Serupa.
7. Disetorkan Pada
Seorang Pembina/Musyrif.
B.
Saran
Demikianlah
laporan ini yang kami tulis dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan ilmu yang penulis ketahui. Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terhadap laporan praktikum
ibadah yang kami buat. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini, sekalipun banyak kekurangan, ada manfaat
dan barokahnya bagi kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar