Minggu, 16 September 2012

MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Makalah
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Drs. Zumrodi, M. Ag
  
Disusun Oleh : 
Akhmad Syaifuddin
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN USHULUDDIN/TH



MAKKIYAH DAN MADANIYAH

I. PENDAHULUAN
Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Dengan cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madaniyah atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah.[1]
Abu al-Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori Madaniyahyah dan sebaliknya,  tentang yang diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah dan sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di Juhfah, di Baitul Makdis, di Ta’rif atau di Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang diturunkan di waktu malam, siang, dan secara bersama-sama (surat al-An’am[6], al-Fatihah[1], dan ayat Kursi), ataupun yang diturunkansecara tersendiri. Ayat-ayat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah atau sebaliknya. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makkiyah dan Madaniyah[2]
II. RUMUSAN MASALAH
A.   Apa Definisi atau pengertian surat Makkiyah dan Madaniyah?
B.   Apa ciri – ciri dan karakteristik surat Makkiyah dan Madaniyah?
III. PEMBAHASAN
A.  Definisi atau pengertian surat Makkiyah dan Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang al-Makkiyah dan Madaniyah yang diberikan oleh para ulama yang masing-masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan kriteria yang disebabkan oleh perbedaan kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makiyah atau Madaniyah sebuah surat atau ayat.[3]
Ada tiga pendapat yang dikemukakan ulama tafsir dalam hal ini :
1.    Berdasarkan tempat turunnya suatu ayat.
Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyahyah ialah yang diturunkan di Madinah”. Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah (meliputi Mina, Arafat, Hubaidiyah) dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah (meliputi Badar, Quba, Sil’ dan Uhud).[4]
2.    Berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut.      
Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekkah, sedang Madaniyahyah ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madaniyahyah”. Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang dimulai dengan
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$#                             (wahai sekalian manusia)              
Dikategorikan Makkiyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä    (wahai orang-orang yang beriman)
Dikategorikan Madaniyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman di dada mereka.[5]
3.    Berdasarkan masa turunnya ayat tersebut
Makkiyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah, sedang Madaniyahyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya di Mekkah. Dibanding dua rumusan sebelumnya , tampaknya rumusan Makkiyah dan Madaniyah ini lebih populer karena di anggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan ta’rif (definisi). Dalam hal ini tempat bukan menjadi ukuran. Meskipun diturunkan di Arafah-Makkah, Misalnya QS Al-Ma’idah(5):3.[6]
4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4 
  
B.  Ciri dan Karakteristik Makiyyah dan Madaniyah
Para ulama telah meneliti dan menetapkan karakteristik Makiyyah dan Madaniyah sebagai berikut :
a.    Ciri dan Karakteristik Surat Makiyyah          
Ada beberapa ciri dan karakteristik yang dimiliki Makiyyah di antaranya.
1.    Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata ya ayyuhan nas. Kata ini dipergunakan untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orang-orang Mekkah yang keras kepala.
2.    Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah termasuk Makiyyah.
3.    Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu termasuk Makiyyah, kecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyah. Adapun surat al-Ra’d yang masih diperselisihkan.
4.    Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis termasuk Makiyyah, kecuali surat Al-Baqarah yang tergolong Madaniyah.
5.    Setiap surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet (tahjjiy) ditetapkan sebagai Makiyyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy.
6.    Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat Makiyyah ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, kealaman dan jiwa.
7.     Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhala mereka.
8.    Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.
9.    Ayatnya pendek-pendek disertai kata-kata mengesankan sekali, pernyataan singkat, di telinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan dierkuat lafal-lafal sumpah, seerti surah-surah pendek-pendek. Dan perkecualiannya hanya sedikit.[7]
b.    Ciri dan Karakteristik Surat Madaniyah
Seperti halnya dalam Makiyyah, Madaniyah pun mempunyai ciri-ciri karakteristik :
1.         Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk Madaniyah.
2.         Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyah.
3.         Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyah, kecual surat Al-Ankabut yang di nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk Madaniyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.
4.         Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain.
5.         Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.[8]

Menurut Imam Abul Qasim al-Naisaburi dalam Kitab al-Ttanbih ‘ala Fadhli ‘Ulumil Qur’an menerangkan/menbahas ayat-ayat al-qur’an terkait kapan, bagaimana, dan dimana turunnya sebagai berikut : “Di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu tentang:[9]
1.         Turunnya al-Qur’an dan tempat-tempat turunnya.
2.         Urut-urutan ayat-ayat yang turun di Mekkah pada masa permulaan, pertengahan, dan penghabisannya. Demikian pula ayat-ayat yang turun di Madinah pada masa permulaan, pertengahan, penghabisannya.
3.         Ayat-ayat yang turun di Mekkah sedang hukumnya termasuk Madaniyahyah.
4.         Ayat-ayat yang turun di Madinah sedang hukumnya Makiyyah.
5.         Ayat-ayat yang turun di Mekkah mengenai penduduk Madinah.
6.         Ayat-ayat yang turun di Madinah mengenai penduduk Mekkah.
7.         Ayat-ayat yang menyerupai Makkiyah yang terdapat dalam surat Madaniyah.
8.         Ayat-ayat yang menyerupai Madaniyahyah yang terdapat dalam surat Makkiyah.
9.         Ayat-ayat yang turun di Juhfah – sebuah desa tidak jauh dari Mekkah, dalam perjalanan menuju ke Madinah.
10.     Ayat-ayat yang turun di Baitul Maqdis.
11.     Ayat-ayat yang turun d Thaif.
12.     Ayat-ayat yang turun di Hudaibiyah.
13.     Ayat-ayat yang turun pada malam hari.
14.     Ayat-ayat yang turun pada siang hari.
15.     Ayat-ayat yang turun secara kelompok.
16.     Ayat-ayat yang turun sendirian.
17.     Ayat-ayat Madaniyahyah yang terdapat pada surat-surat Makkiyah.
18.     Ayat-ayat Makkiyah yang terdapat pada surat-surat Madaniyahyah.
19.     Ayat-ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah.
20.     Ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah.
21.      Ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Abbessynia (Habasyah).
22.     Ayat-ayat yang turun secara mujmal (global).
23.     Ayat-ayat yang turun secara mufassar (disertai keterangan).
24.     Ayat-ayat yang turun secara rumuz (dengan isyarat).
25.     Ayat-ayat yang dipersoalkan oleh ulama. Sebagian ulama menganggap Makkiyah, sedang sebagian lagi menganggap Madaniyah.

Inilah macam-macam Ilmu Qur’an yang pokok, berkisar di sekitar makki dan madani ; oleh karenanya di namakan “ilmu Makki dan Madani”. Dari pendapat 1, 2, 3, yang palinh mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah Makki dan Madani ialah bahwa Madani ada dua puluh surah:  1) al-Baqarah;  2) Ali ‘Imran;  3) an-Nisa’;  4) al-Ma’idah;  5) al-Anfal;  6) at-Taubah;  7) an-Nur;  8) al-Ahzab;  9) Muhammad;  10) al-Anfal;  11) al-Hujurat;  12) al-Hadid;  13) al-Mujadalah;  14) al-Hasyr;  15) al-Mumtahanah;  16) al-Jumu’ah;  17) al-Munafiqun;  18) al-Talaq;  19) at-Tahrim;  dan 20) an-Nasr.[10]
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surah: 1) al-Fatihah;  2) ar-Ra’ad;  3) ar-Rahman;  4) as-Saff;  5) at-Tagabun;  6)at-Tatfif;  7) al-Qadar;  8) al-Bayyinah;  9) az-Zalzalah;  10) al-Ikhlas;  11) al-Falaq;  12) an-Nas. Dan selain yang disebutkan di atas adalah Makki, yaitu delapan puluh dua surah. Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratus empat belas surah.[11]

IV. KESIMPULAN
Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam ‘Ulum Qur’an. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan. Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal muncul perbedaan pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu. Bagaimanapun juga secara keseluruhan memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan dari bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri.
Definisi Al-Makiyyah dan Madaniyah oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu ayat, berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan masa turunnya ayat tersebut. Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam antara lain : Surat-surat Makiyyah murni, Surat-surat Madaniyah murni, Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyah, Surat-surat Madaniyah yang berisi ayat Makiyyah.
Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Makkiyahdan karakteristik Madaniyah. Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh Al-Qur’an secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

v  As-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan ke 3, al-Halabi.
v  Manna’ Khalil al-Qattan, Maba’ist fi ‘Ulumil Qur’an, perj, Mudzakir, 1994,
v  Jakarta, Pustaka Litera Antar Nusa.
v  Suhadi, 2011, ‘Ulumul Qur’an, Kudus, Nora Media Enterprise.
v  Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press.
v  Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu


[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Maba’ist fi ‘Ulumil Qur’an, perj, Mudzakir, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 1994, hlm 72.
[2] As-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, cetakan ke 3, al-Halabi, jilid 1, hlm 8.
[3] Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu, hlm. 23.
[4] Manna’ Khalil al-Qattan, Maba’ist fi ‘Ulumil Qur’an, perj, Mudzakir, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 1994, hlm 84-85.
[5] Syaifullah, ‘Ulumul Qur’an, Ponorogo, Prodial Pratama Sejati Pres, 2004, hlm.34-35.
[6] Suhadi, ‘Ulumul Qur’an, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011, hlm. 54.
[7] Manna’ Khalil al-Qattan, Maba’ist fi ‘Ulumil Qur’an, perj, Mudzakir, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 1994, hlm 87.
[8] Suhadi, ‘Ulumul Qur’an, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011, hlm. 56.
[9] Ibid, hlm. 52.
[10]Manna’ Khalil al-Qattan, Maba’ist fi ‘Ulumil Qur’an, perj, Mudzakir, P.T. Pustaka Litera Antar Nusa, Jakarta, 1994, hlm. 74.
[11] Suhadi, ‘Ulumul Qur’an, Kudus, Nora Media Enterprise, 2011, hlm.58.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar